Indonesia dengan modal potensi Sumber
Daya Alam, populasi dan lokasinya yang strategis adalah merupakan modal untuk
berkembang menjadi suatu Negara besar, yang tidak dimiliki oleh setiap bangsa
atau Negara yang ada di dunia. Dengan modal ini bangsa Indonesia harus lebih
percaya diri untuk terus berkembang ,
dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam memnproduksi barang dan jasa,
tidak hanya menjadi obyek dari bangsa-bangsa lain.
Bangsa yang berkembang dan maju tidak
hanya bersandar pada Sumber Daya Alam tetapi juga pada kemampuan menciptakan
suatu produk atau nilai tambah dari sumber daya yang ada, termasuk diantaranya
sumber daya alam. Salah satu peran penting utk mewujudkan hal tersebut adalah
kuatnya peran dari insinyur yang meliputi berbagai disiplin ke ilmuan di bidang
teknologi.
Atas dasar itu PII berpendapat bahwa
Indonesia harus memperkuat peran dan menyuburkan insinyur sebagai poros untuk menghadirkan budaya
membuat sesuatu. Bila kemampuan telah dimiliki maka para insinyur Indonesia
akan segera dapat berkiprah di mana saja belahan bumi ini. Terutama menggarap
potensi di negara maju yang saat ini sudah mulai kesulitan menemukan generasi
muda yang bersedia menjadi insinyur berkerah biru. Ini adalah peluang bagi
bangsa Indonesia untuk lebih berperan karena mayoritas penduduk ada pada usia
muda dan produktif, adapun mengenai kemampuan, semangat, dan talenta sudah
tidak diragukan lagi.
Untuk mencapai hal yang dimaksud, industri
sebagai tempat untuk menyemai kompetensi insinyur harus semakin banyak
tersedia, karena industri adalah area dimana para insinyur dapat berkarya,
berlatih dan mengembangkan dirinya. Untuk itu pemerintah harus mendorong industri
menyediakan fasilitas pelatihan dan juga fasilitas R&D.
Dengan berproduksi, maka insinyur kita
akan mampu menyerap ilmu dari principal dan pada akhirnya akan membuat para insinyur
Indonesia dapat berperan lebih di negeri sendiri dan juga di tataran global.
Agar dapat memproduksi barang dan jasa
maka kinerja industri manufaktur dan khususnya industri otomotif harus dapat
segera dipulihkan, dan selanjutnya mendorong investasi baru termasuk untuk
membuka fasilitas R&D di Indonesia.
Perkembangan
industri otomotif saat ini masih memberikan banyak pekerjaan rumah terkait
dengan kemampuan individual, para insinyur Indonesia baru kuat dan menguasai
sisi proses produksi sementara untuk proses pengembangan teknologi dan produk kemampuan
dan keterlibatannya masih lemah.
Di ASEAN Thailand
adalah pusatnya industri otomotif berkat policy dari pemerintah mereka untuk
mendorong industrialisasi sehingga banyak aturan-aturan yang mendukung diciptakan, sehingga banyak
perusahaan Jepang membuat fasilitas produksi di sana yang diikuti dengan
pembuatan development center yang sangat mendukung pertumbuhan kemampuan
kompetensi insinyur-insinyur Thailand. Yang
mempunyai fasilitas R&D di Thailand adalah Toyota, Honda, Nissan,
Mitsubishi, Honda Motor. Di Malaysia, sejalan dengan policy pemerintahnya, yang
paling berkompeten untuk membangun mobil sendiri adalah Proton. Sementara di
Indonesia baru Daihatsu yang membangun fasilitas R&D sendiri.
Ancaman terkait
profesi insinyur di bidang otomotif adalah dengan diberlakukannya MEA yang
ditengarai akan banyaknya
insinyur-insinyur ASEAN yang akan masuk ke Indonesia terutama dari Thailand,
Malaysia dalam waktu dekat, dan bila kita tidak mengejar ketinggalan bukan
mustahil insinyur dari Vietnam, bahkan dari Laos atau Kamboja yang akan bekerja
di berbagai bidang otomotif dalam negeri.